Komposisi penduduk Indonesia mengalami pergerseran baik dari sisi geografis maupun demografis, berdasarkan estimasi Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020 penduduk Indonesia mencapai 268 juta dan akan mencapai 305,6 juta pada tahun 2035, persentase penduduk Indonesia yang tinggal di Pulau Jawa menurun dari 57,4% pada tahun 2010 menjadi 54,7% pada tahun 2035. Sebaliknya Persentase penduduk yang tinggal di pulau-pulau lain meningkat, seperti, Pulau Sumatera naik dari 21,3 % menjadi 22,4 %, Kalimantan naik dari 5,8 % menjadi 6,6 % pada periode yang sama.
Dari sisi demografi, lebih dari 34% penduduk Indonesia tahun 2015 adalah penduduk muda yang berusia 15 – 34 tahun, bahkan untuk daerah perkotaaan seperti DKI Jakarta penduduk mudanya bisa mencapai lebih dari 40%. Mereka ini adalah penduduk yang lahir antara 1981 sampai 1999, mereka inilah yang kemudian dikenal sebagai generasi millennial. Millennials (juga dikenal sebagai Generasi Millenial atau Generasi Y) adalah kelompok demografis (cohort) setelah Generasi X yang lahir tahun 1965 – 1980.
Karakter Milenial
Hasil riset yang dirilis oleh Pew Research Center menunjukkan keunikan generasi millennial dibanding generasi-generasi sebelumnya. Perilaku yang mencolok dari generasi milenial soal penggunaan teknologi dan budaya pop/ musik. Kehidupan generasi millennial tidak bisa dilepaskan dari teknologi terutama, internet, entertainment/ hiburan sudah menjadi kebutuhan pokok bagi generasi ini.
Generasi Milenial setidaknya memilki tiga karakter utama yaitu, Pertama, Confidence, mereka ini orang yang sangat percaya diri, berani mengemukakan pendapat dan tidak sungkan-sungkan berdebat di depan publik. Kedua, creative, mereka adalah orang yang biasa berpikir out of the box, kaya akan ide dan gagasan dan mampu mengkomunikasikan ide dan gagasan itu dengan cemerlang. Ketiga, connected, mereka adalah pribadi-pribadi yang pandai bersosialisasi terutama dalam komunitas yang mereka ikuti, mereka juga aktif berselancar di sosial media dan internet.
Konsumsi internet generasi milenial Indonesia memang sangat tinggi, hasil riset Alvara Research Center pada akhir 2016 menunjukkan rata-rata generasi milenial menghabiskan waktu lebih dari 7 jam sehari berselancar didunia maya, jauh lebih tinggi dari Gen X yang mengakses internet rata-rata 3-4 jam sehari.
Pola konsumsi internet ini juga tercermin pada kebiasaan dan perilaku mereka dalam menggunakan ponsel mereka. Generasi milenial lebih banyak menggunakan fitur-fitur ponsel yang membutuhkan koneksi internet seperti social media, instant messaging, dan browsing, sebaliknya baby boomers justru sebaliknya lebih cenderung menggunakan fitur ponsel yang tidak membutuhkan koneksi internet seperti telephone dan SMS.
Selain itu ketika mereka ditanyakan topik apa yang menarik untuk diperbincangkan, milenial lebih tertarik memperbincangkan tiga topik yakni olahraga, music/film, dan IT. Gen X menyukai pembicaraan soal social/politik, ekonomi, dan budaya. Sementara Baby Boomers lebih suka memperbincangkan soal keagamaan.
Implikasi Dibidang Ekonomi
Besarnya potensi generasi milenial di Indonesia berimplikasi besar berbagai sektor kehidupan, menurut saya setidaknya ada dua sektor terpengaruh signifikan yaitu sektor bisnis/ekonomi dan politik.
Perubahan perilaku belanja dari offline menuju online, meski secara nominal dibanding belanja ritel nasional masih kecil, memang nyata terjadi. Potensi pasar digital generasi milenial ini ditangkap dengan baik oleh situs belanja online, mereka sangat agresif menawarkan berbagai produk beserta layanannya sehingga para target pasar online semakin dimanjakan untuk belanja disitus-situs mereka.
Dari sisi pengeluaran, porsi pengeluaran milenial untuk kebutuhan internet cukup tinggi, rata-rata mereka mengalokasikan 10% dari total pengeluaran selama satu bulan untuk komunikasi dan internet. Kue yang menggiurkan ini saat ini dinikmati oleh berbagai operator selular di Indonesia yang pertumbuhannya tahun 2017 ini tercatat berkisar antara 9-10%. Pertumbuhan yang cukup tinggi ini terutama ditopang oleh pertumbuhan layanan data yang cukup siginifikan.
Dalam proses pembelian produk, konsumen Indonesia juga sudah mulai berubah, sebelum mereka memutuskan pembelian produk ternyata mereka menjadikan internet sebagai sumber referensi dan informasi produk yang akan mereka beli. Hasil survei Alvara Research Center tahun 2016 menunjukkan 75% konsumen milenial Indonesia mengaku mencari informasi terkait produk yang akan mereka beli melalui internet. Tiga informasi yang mereka cari melalui internet adalah terkait harga, fitur produk, dan program promosi.
Selain industri selular, industri pariwisata Indonesia yang saat ini berkembang pesat juga tidak bisa dipungkiri disebabkan oleh kontribusi generasi milenial. Bagi generasi milenial, jalan-jalan sudah menjadi kebutuhan utama. Mereka berwisata tidak cukup setahun sekali, bahkan kalua ada kesempatan mereka akan jalan-jalan setiap sebulan. Kenapa bisa demikian?. Sekali lagi karena faktor sosial media, berwisata bagi generasi milenial tidak sekadar jalan-jalan menikmati pemandangan alam atau kuliner. Melakukan selfi dilokasi wisata atau memotret makanan jauh lebih penting, hasil selfi itu kemudian diupload ke sosial media sebagai jejak digital bahwa mereka pernah ke lokasi wisata tersebut.
Implikasi Dibidang Politik
Disektor politik, jumlah pemilih dalam pemilu 2019 akan didominasi oleh generasi milenial. Milenial yang lahir dalam rentang 1981 – 1999 ini akan berusia 20 – 38 tahun dan jumlahnya mencapai sekitar 86 juta jiwa atau dengan kata lain 48% pemilih pada pemilu 2019 adalah generasi milenial, bila ditambahkan dengan pemilih yang berusia 17 – 19 tahun jumlah pemilih dalam rentang 17 – 38 tahun mencapai 51%, sebuah jumlah pemilih yang sangat menggiurkan bagi partai atau kandidat yang akan bertarung di pemilu 2019.
Karena melihat potensi suara yang begitu besar, beberapa partai dan kandidat yang akan bertarung dalam kontestasi pemilu sudah mulai dengan serius melirik dan mentarget generasi milenial, dari yang masih malu-malu hingga ada yang sudah terang benderang menyatakan diri sebagai partai milenial. Pelaku dan aktor politik ramai-ramai menggunakan sosial media dan internet untuk mengkomunikasikan ide dan gagasannya kepada generasi milenial.
Padahal mentarget milenial tidaklah mudah, pilihan politik milenial susah ditebak dan mereka juga cenderung apolitis sehingga membuat mereka susah didekati oleh partai politik/kandidat, mereka juga terkenal memiliki tingkat loyalitas yang rendah dan suka berpindah pilihan politiknya tergantung trend yang terjadi saat itu.
Akhirnya Indonesia masa depan akan sangat ditentukan oleh seberapa besar generasi milenial mampu menjawab berbagai tantangan perubahan dimasa mendatang. Perkembangan teknologi informasi dan trend digital yang sangat cepat harus mampu direspon dengan baik oleh generasi milenial, mereka harus mampu memanfaatkan sosial media internet sebagai sarana untuk bsia berkarya lebih kreatif dan produktif. Untungnya generasi milenial Indonesia sudah mulai membuktikannya, sebagai bukti, sebagian besar startup-startup dan wirausaha baru yang sedang berkembang saat ini, baik yang berbasis digital maupun konvensional, saat ini didominasi oleh generasi milenial.
*Tulisan ini dimuat di Majalah Gatra Edisi 27 Desember 2017