Pemilih milenial di Pilpres 2019 menjadi pemilih yang sangat menentukan karena secara jumlah mereka sangat dominan. Milenial yang lahir dalam rentang 1981 – 1999 ini akan berusia 20 – 38 tahun pada tahun 2019 dan jumlahnya mencapai sekitar 86 juta jiwa atau dengan kata lain 48% pemilih pada pemilu 2019 adalah generasi milenial, bila ditambah dengan pemilih pemula yang berusia 17 – 19 tahun maka jumlah pemilih dengan rentang 17 – 38 tahun akan mencapai 52% dari total pemilih, sebuah jumlah pemilih yang sangat menggiurkan bagi setiap kandidat yang akan bertarung dalam pemilu 2019.
Semua kandidat dengan segala upaya mencoba merebut hati pemilih milenial, tak terkecuali Presiden Joko Widodo sebagai calon petahana. Joko Widodo dalam berbagai kesempatan seringkali menunjukkan kedekatannya dengan generasi milenial dengan menghadiri berbagai pertunjukan musik, menonton film dan olahraga, dan juga nge-vlog untuk menjangkau generasi milenial didunia digital.
Bagaimana pandangan generasi mileninal Indonesia terhadap Joko Widodo?. Pertanyaan tersebut terekam dalam hasil survei nasional Alvara Research Center yang dilakukan bulan Januari-Februari 2018.
Milenial Indonesia Puas Terhadap Kinerja Jokowi
Tingkat kepuasan milenial Indonesia terhadap kinerja Presiden Jokowi cukup tinggi, yakni 77,4%, sedikit diatas kepuasan publik secara nasional, 77,3%. Bila dianalisis berdasarkan kepulauan maka tingkat kepuasan milenial Indonesia tertinggi ada di Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa, tingkat kepuasan milenial Indonesia terendah ada di pulau Sumatera, BaliNusra, dan MalPapua. Yang menarik tingkat kepuasan milenial di BaliNusra dan MalPapua lebih rendah dibanding kepuasan publik secara nasional
Sektor Ekonomi Menjadi Titik Lemah Jokowi Dimata Milenial
Bila dilihat lebih ditel, tingkat kepuasan milenial Indonesia terhadap Joko Widodo paling tinggi ada pada aspek telekominikasi dan internet, pelayanan kesehatan, dan pelayanan pendidikan. Pada ketiga aspek ini pula tingkat kepuasan milenial lebih tinggi dibanding tingkat kepuasan publik secara nasional.
Sementara itu tingkat kepuasan milenial terhadap Joko Widodo paling rendah ada pada aspek ekonomi, diantaranya soal kondisi ekonomi nasional, kesejahteraan tenaga kerja, kemudahan lapangan kerja, pengentasan kemiskinan, dan stabilitas harga kebutuhan pokok. Menariknya adalah pada kelima aspek ini pula tingkat kepuasan milenial lebih rendah dibanding tingkat kepuasan publik secara nasional.
Selain itu temuan yang menarik dari pembahasan tingkat kepuasan terhadap Joko Widodo ini adalah, dari 21 aspek yang dinilai ada 12 aspek tingkat kepuasan milenial yang lebih rendah dibanding tingkat kepuasan publik secara nasional, dan sebaliknya ada 9 aspek tingkat kepuasan milenial yang lebih tinggi dibanding tingkat kepuasan publik secara nasional.
68,2% Milenial Indonesia Menginginkan Joko Widodo Menjadi Presiden Kembali
Ketika ditanya apakah milenial Indonesia berharap Joko Widodo memimpin Indonesia kembali, sebanyak 68,2% mereka menyatakan menginginkan Joko Widodo kembali menjadi presiden Indonesia 2019 – 2024, sedikit lebih rendah dari angka nasional sebesar 68,4%.
Elektabilitas Joko Widodo di Generasi Milenial 48,6%
Ketika disodorkan 8 nama kandidat calon presiden, tingkat elektabilitas Joko Widodo masih digenerasi milenial Indonesia masih tertinggi dengan angka sebesar 48,6%, namun lebih rendah dibanding tingkat elektabilitas secara nasional sebesar 50,8%. Sebaliknya Prabowo tingkat elektabilitas digenerasi milenial sebesar 31,1%, sedikit lebih tinggi dibanding elektabitas secara nasional sebesar 30,3%. Sementara kandidat-kandidat yang lain tingkat elektabilitasnya baik digenarasi milineal maupun nasional terpaut jauh dari dari Joko Widodo dan Prabowo Subianto.
Mendekati Milenial: Jangan Hanya Kulit, Isi Tetap Penting
Berkaca dari temuan riset tersebut diatas, Upaya Joko Widodo mendekati generasi milenial cukup berhasil, hal ini tercermin dari tiga indikator yang menunjukkan Jokowi di mata generasi milenial masih tertinggi, tiga indikator itu adalah tingkat kepuasan, tingkat keinginan menjadi presiden kembali, dan tingkat elektabilitas.
Namun demikian masih ada lubang yang menjadi pekerjaan utama Joko Widodo yakni pada sektor ekonomi, terutama yang terkait dengan masalah utama generasi milenial hari ini yaitu sektor tenaga kerja. Generasi milenial yang sedang tumbuh diusia produktif membutuhkan kebijakan yang memudahkan mereka untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan. Persoalan tenaga kerja ini juga bukan sekedar bagaimana generasi milenial memiliki kesempatan yang luas mendapatkan pekerjaan, tapi juga bagaimana pemerintah memiliki kebijakan yang mampu mendorong generasi milenial menciptakan lapangan kerja melalui kegiatan wirausaha.
Akhirnya bagi siapa saja yang akan bertarung di pemilu presiden mendatang, tawaran kebijakan yang lebih substantif inilah yang akan sangat membantu generasi milenial Indonesia melewati masa-masa keemasan kehidupan mereka. Mendekati milenial dengan cara-cara yang mereka senangi memang penting, tapi tetap tidak boleh melupakan kebutuhan dan hak dasar mereka untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Analisa cak Hasan selalu aktual dan bernas. Keren, cak !!