Pemetaan pemilih merupakan langkah pertama dan paling krusial dalam proses pemasaran politik, karena begitu kita salah dalam melakukan pemetaan maka langkah-langkah berikutnya, penyusunan strategi kampanye dan penetrasi ke pemilih, tidak akan berhasil dengan maksimal. Pemetaan pemilih sangat bermanfaat untuk menentukan alokasi sumberdaya baik material maupun non material secara efektif, efisien, dan tepat sasaran.
Biasanya secara umum pemetaan dilakukan berdasarkan demografi dan geografi saja. Demografi meliputi umur, jenis kelamin, strata sosial, dll, sementara geografi biasanya meliputi aspek kewilayahan seperti kota-desa, atau batas teritoti admistratif kedaerahan.
Untuk mendapatkan tipologi pemilih diIndonesia, Alvara Research Center menggunakan indikator perilaku dan preferensi pemilih. Tipologi pemilih ini didasarkan pada survei nasional terhadap 2200 responden di 34 provinsi di Indonesia yang dilakukan bulan Januari-Februari 2018.
Untuk mendapatkan tipologi pemilih Indonesia tersebut kami menggunakan 9 indikator utama, diantaranya adalah mengenai faktor pertimbangan mereka memilih partai/kandidat, perilaku pemilih, dan loyalitas pemiih terhadap partai/kandidat yang didukungnya.
Berdasarkan 9 indikator tersebut kami menenumukan pemilih Indonesia bisa dibagi menjadi 4 tipologi pemilih yaitu Pemilih Rational (Rational Voters), Pemilih Galau (Swing Voters), Pemilih Apatis (Apathetic Voters), dan Pemilih Emotional (Emotional Voters). Komposisi ke-empat tipologi tersebut sebagai berikut:
Pertama, Rational Voters “Pemilih Rasional” (41.3%), pemilih ini merupakan pemilih yang cenderung rasional dalam menentukan partai/kandidat pilihannya, Partai/kandidat yang di pilih dengan pertimbangan platform, dan program, Kebanyakan mereka sudah memiliki pilihan partai/kandidat yang akan dipilih di Pemilu 2019
Kedua, Swing Voters “Pemilih Galau” (37.5%), pemilih ini pemilih yang mengikuti kemana arah suara kebanyakan mengalir, mereka memilih Partai/Kandidat karena mengikuti kebanyakan orang memilih partai/kandidat tertentu, mereka juga cenderung juga tidak loyal terhadap partai/kandidat tertentu.
Ketiga, Apathetic Voters “Pemilih Cuek” (10.8%), pemilih ini merupakan pemilih yang cenderung apatis, mereka pemilih yang cuek dan tidak peduli dengan berbagai proses politik, Sebagian besar dari mereka masih bimbang dan belum menentukan partai/kandidat mana yang akan mereka pilih di pemilu 2014.
Keempat, Emotional Voters “Pemilih Emosional” (10.4%), Pemilih ini cenderung memilih partai/kandidat yang memiliki latar belakang ideologi atau figur, mereka cenderung loyal terhadap partai yang sudah dipilihnya
Secara demografis, Pemilih Rasional paling besar berada di usia 17-45 tahun, Pemilih Galau dan Apatis didominasi pemilih muda dan milenial, sementara Pemilih Emosional didominasi oleh pemilih tua. Secara strata sosial tidak terdapat perbedaan siginifikan antar tipologi, hanya saja Pemilih Rasional dan Galau cenderung besar di pemilih kelas menangah atas, Pemilih Apatis cenderung di besar di kelompok menengah, sementara Pemilih Emosional cenderung di besar di kelompok menengah bawah.