Gairah Milenial Pilgub Jatim

Kata Milenial akhir-akhir ini menjadi diskursus yang hangat diperbincangkan dalam konteks pertarungan Pilgub Jawa Timur, hal ini berawal dari pernyataan Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri, saat mengumumkan pasangan Gus Ipul – Anas sebagai pasangan yang diusung PDI Perjuangan dalam Pilgub Jatim Oktober lalu.  Saat itu Megawati mengemukakan salah satu alasan dipilihnya Abdullah Azwar Anas sebagai Calon Wakil Gubernur Jawa Timur adalah karena mewakili kalangan Milenial Jawa Timur.

Tidak kalah dengan pasangan Gus Ipul-Anas, Khofifah Indar Parawansa kemudian juga dalam berbagai kesempatan menyatakan salah satu kriteria utama Calon Wakil Gubernur pendampingnya harus dari kalangan Milenial.  Karena itu tidak mengherankan bila kemudian Emil Dardak, Bupati Trenggalek, yang masih muda dipilih Khofifah Indar Parawansa dan partai pendukungnya, sebagai cawagubnya

Potret Demografi Pemilih Jawa Timur
Pertanyaannya adalah apakah milenial memang menjadi faktor penting dalam kontestasi Pilgub Jatim?  Untuk menjawab pertanyaan itu, saya akan mulai dengan membaca sebaran demografi pemilih Jawa Timur.  Berdasarkan data KPU Jawa Timur, jumlah pemilih Jawa Timur tahun 2018 kurang lebih 32 juta jiwa, menggunakan proporsi data demografi dari BPS Jawa Timur akhirnya ditemukan bahwa dari angka pemilih milenial adalah sebesar 39.0%, kemudian 37,7% pemilih Gen X, dan 23,2% adalah pemilih baby boomers.  Bila dikonversi dalam jumlah suara maka pemilih Milenial yang berusia 17 – 34 tahun sebesar 12,5 juta, pemilih Gen X yang berusia 35 – 54 tahun sebanyak 12,1 juta, dan pemilih Baby Boomers yang berusia diatas 55 tahun mencapai 7,4 juta.

Secara lebih mikro saya sendiri membagi generasi milenial sendiri menjadi dua kategori, yaitu Pertama, Generasi Milenial Tua (GMT), mereka yang saat ini berusia berusia 25 – 34 tahun, jumlah mereka di Jawa Timur sebesar 5,75 juta atau 48,6% dari pemilih Milenial.  Kedua, Generasi Milenial Muda (GMM), mereka yang berusia 17 – 24 tahun, jumlah mereka di Jawa Timur sebesar 6,10 juta atau 51,4 % dari pemilih milenial

Meski sama-sama milenial, GMT dan GMM memiliki perbedaan perilaku dan karakteristik. Karakter dan perilaku GMT masih terpengaruh oleh Gen X, “saudara” tua generasi milenial, sementara GMM sudah terbebas sama sekali dari pengaruh generasi-generasi sebelumnya, GMM inilah milenial sesungguhnya, perbedaan paling mencolok bisa kita lihat dari perilaku mereka dalam menggunakan internet, konsumsi internet GMM jauh lebih tinggi dibanding dengan GMT.

Mentarget pemilih Milenial memang tidak mudah, susah-susah gampang, pemilih milenial secara jumlah besar, namun cenderung apolitis sehingga membuat mereka susah didekati oleh partai politik/kandidat manapun, mereka juga memilki kecenderungan mudah berubah arah pilihan politiknya dan akan menentukan pilihan menjelang hari pemilu.

Milenial Bukanlah Segalanya
Kembali kepada pertanyaan apakah Milenial menjadi penentu Pilgub Jatim? Milenial menjadi faktor penting tapi tidaklah satu-satunya, bila berkaca pada proporsi jumlah pemilih diatas, ternyata jumlah pemilih Jawa Timur yang berasal dari Gen X ternyata juga cukup besar dan tidak berbeda jauh dengan pemilih Milenial, artinya untuk memenangkan pertarungan di Pilgub Jatim, para kandidat juga tidka boleh mengabaikan Gen-X, setiap kandiat harus mampu menyerap aspirasi dan suara dari pemilih Gen X ini.

Pemilih Gen X lebih peduli dengan perbincangan soal sosial politik, ekonomi, dan budaya. Persoalan-persoalan ekonomi seperti lapangan kerja, stabilitas harga bahan pokok juga harus menjadi pokok perhatian masing-masing kandidat. Sebagai gambaran, salah satu tantangan yang dihadapi provinsi Jawa Timur ke depan adalah meningkatkan jumlah penduduk kelas menengahnya. Data Susenas BPS tahun 2016 menunjukkan proporsi jumlah kelas menengah Jawa Timur masih dibawah proporsi jumlah kelas menengah nasional.

Dan yang lebih penting untuk diperhatikan oleh Gus Ipul dan Khofifah adalah bahwa membidik Gen X dan Baby Boomers relatif lebih mudah dibanding milenial. Perilaku pemilih Gen X dan Baby Boomer lebih mudah ditebak, mereka termasuk pemilih yang memiliki loyalitas yang tinggi terhadap kandidat yang dipilihnya dan cenderung sudah menentukan pilihannya jauh-jauh hari.

Akhirnya baik pasangan Gus Ipul – Anas maupun Khofifah – Emil sebaiknya lebih jeli dalam mencermati struktur demografi pemilih Jawa Timur terutama terkait persoalan perbedaan antar generasi, jangan sampai strategi membidik pemilih milenial ini seperti strategi menepuk angin, berharap mendapatkan suara yang besar malah akhirnya tidak mendapatkan apa-apa. Dalam melihat fenomena milenial di Jawa Timur, setiap kandidat jangan hanya melihat milenial dari segi usia, tapi lebih penting adalah mengadopsi spirit dan karakter milenial, artinya kampanye program-program yang dijanjikan harus dilakukan dengan cara-cara yang cerdas dan kreatif, dan secara proaktif melibatkan milenial dalam setiap proses politik pilkada sebagai bagian dari edukasi politik bagi milenial sehingga partisipasi mereka dalam Pilgub Jawa Timur akan semakin tinggi.

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s