Kelas Menengah Mulai Miskin?

Ekonomi Indonesia di 6 bulan pertama tahun 2015 ini memang lagi suram, berbagai indikator ekonomi makro mengindikasikan hal itu, berbagai target pemerintah yang telah dicanangkan tidak sesuai ekspektasi. Kalau gejolak ekonomi ini tidak segera teratasi maka kawatirnya Indonesia akan melewatkan dua momentum penting, yaitu bonus demografi, dan masyarakat kelas menengah.

Secara umum, struktur demografi Indonesia saat ini mendekati ideal, dimana penduduk dengan usia produktif sedang banyak-banyaknya, berdasarkan sensus penduduk BPS 2010 penduduk yang berusia 15-64 mencapai 157 juta atau 66% dari total penduduk Indonesia yang berjumlah 237 juta jiwa.

Problem utama yang ditemui ketika ekonomi melambat disaat bonus demografi besar adalah berjibunnya tenaga kerja baru yang tidak tertampung di berbagai sektor industri, belum lagi soal hantu PHK yang di hadapi oleh karyawan-karyawan yang perusahaan yang penjualannya sedang seret.

Domino efek dari melemahnya daya serap industri terhadap tenaga kerja akan banyak sekali terutama terkait dengan melonjaknya kemiskinan, melemahnya daya beli, dan munculnya gejolak sosial di masyarakat.

kelas menengah IndonesiaMomentum kedua yang terlewat adalah soal kelas menengah, hasil kajian yang dilakukan Middle-Class Consumer Institute bersama Alvara Strategic Research menunjukkan ada pola pergeseran proporsi kelas menengah Indonesia. Kelas Menengah Indonesia saat ini memang didominasi oleh kelompok kelas menengah-bawah yang memiliki pengeluaran $2 -$4 per hari, kelompok ini masih sangat rentan terhadap gejolak ekonomi dan mudah jatuh ke kelompok masyarakat miskin.

Data yang kita olah dari BPS menunjukkan ada pergeseran kelompok kelas menengah-bawah tahun 2015 naik 1% dibanding tahun 2012, kenaikan itu disumbang dari turunnya kelas menengah-menengah 1%. Sementara kelas menengah atas tidak terjadi perubahan.

Karakter kelas menengah memang konsumtif dan cenderung memiliki gaya hidup yang berlebihan, mereka ini jika dilihat penampilannya seakan-akan kaya meski secara riel pendapatannya masih sedang-sedang saja. Karena itu secara ekonomi dan sekaligus psikologis, kelas menengah merasa paling menderita terkena dampak pelemahan ekonomi.

Dampak yang dirasakan oleh kelas menengah lebih nyata terlihat kalau kita lihat pergeseran alokasi pengeluaran keluarga kelas menengah. Dibandingkan tahun 2012, proporsi pengeluaran untuk kebutuhan dasar keluarga meningkat tahun 2015, sementara proporsi pengeluaran untuk tabungan, investasi dan asuransi turun. Disisi lai proporsi untuk telekomunikasi, internet, dan hiburan cenderung tetap.

alokasi belanjaHal ini mengindikasikan bahwa pada awal tahun 2015 ini kelas menengah Indonesia mengorbankan alokasi pengeluaran untuk tabungan, investasi, dan asuransi untuk memenuhi alokasi untuk konsumsi kebutuhan dasar mereka. Yang menarik mereka justru tidak mengorbankan pengeluaran untuk internet dan hiburannya.

Kelas menengah yang memiliki akses informasi yang cukup dan sekaligus juga kritis ini perlu di waspadai oleh pengambil kebijakan. Bila tidak segera terjadi perbaikan, mereka akan secara terbuka berani menuntut pemerintah untuk segera melakukan berbagai kebijakan yang mampu memulihkan perokonomian Indonesia.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s