Ekonomi Indonesia telah memasuki paruh kedua tahun 2009. Pada paruh pertama 2009, kondisi ekonomi Indonesia tercatat masih mampu bertahan dari kontraksi ekonomi dunia akibat krisis keuangan dunia yang di mulai pada pertengahan tahun lalu. Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I 2009 tercatat 4,3 %, jauh lebih baik dari pencapaian negara-negara di kawasan regional ASEAN yang sebagian besar pertumbuhan ekonominya malah minus. Sementara di kuartal 2, pertumbuhan ekonomi Indonesia tercatat di kisaran 3,8 %.
Kondisi ekonomi yang kurang baik ini tentu saja berpengaruh terhadap aktifitas pemasaran perusahaan-perusahaan yang beroperasi di Indonesia. Pengurangan dan pengetatan anggaran menjadi senjata yang paling sering dilakukan ketika tingkat penjualan perusahaan mulai turun. Dampak ini tentu saja perlu di cermati sebagai sebuah kajian yang bisa menggambarkan seberapa besar sebuah kontraksi ekonomi suatu negara berpengaruh terhadap aktifitas pemasaran suatu perusahaan secara aggregate.
Untuk itu MarkPlus Insight telah mengadakan sebuah studi untuk mengetahui pendapat para marketer Indonesia terkait dengan dampak situasi ekonomi Indonesia terhadap aktifitas pemasaran perusahaan. Studi ini dilakukan terhadap 150 marketer yang tersebar di 5 kota besar di Indonesia. Studi dilakukan melalui kombinasi phone survey dan self-interviewed pada tanggal 30 Juli – 7 Agustus 2009
Studi ini menggunakan 2 indikator utama yaitu, pertama, Marketing Coincident Index, yang mengukur aktifitas pemasaran saat ini. Kedua, Marketing Leading Index, yang mengukur prediksi aktifitas pemasaran 6 bulan kedepan. Variabel-variabel yang digunakan untuk mengukur dua indikator tersebut adalah tingkat penjualan perusahaan, tingkat pengeluaran untuk pemasaran perusahaan, tingkat pengeluaran iklan perusahaan, dan tingkat distribusi penjualan perusahaan.
Temuan studi ini menunjukkan bahwa dari skala 0 – 100, marketing coincident index jatuh pada angka 58. 2, sementara marketing leading index mendapatkan angka 62.0. Hal ini mengindikasikan bahwa aktifitas pemasaran yang dilakukan para marketer saat ini tidak terlalu agresif dan agak melambat. Namun demikian apabila di lihat 6 bulan kedepan jelas terlihat adanya sebuah optimisme di mana para marketer akan melakukan aktifitas pemasaran yang lebih agresif dan cenderung ekspansif. Peningkatan aktifitas pemasaran ini akan di tandai dengan peningkatan pengeluaran untuk iklan dan pemasaran perusahaan, perluasan distribusi barang, dan peningkatan penjualan perusahaan.
Apabila dianalisis per kota, terlihat bahwa aktifitas pemasaran yang paling rendah saat ini ada di kota Medan, dan disusul kemudian oleh kota Surabaya dan Jakarta. Untuk kota Medan, penurunan permintaan dan harga komoditas menjadi penyebabnya, sementara Jakarta dan Surabaya di sebabkan oleh banyaknya perusahaan-perusahaan asing di dua kota tersebut yang terkena dampak langsung krisis keuangan global memaksa mengurangi aktifitas pemasarannya. Untuk kota-kota yang berbasiskan ekonomi lokal seperti Bandung dan Semarang, perusahaan-perusahaanya tidak terlalu mengurangi aktifitas pemasarannya. Sementara itu dari data leading index disetiap kota menunjukkan tingkat optimisme yang sama bahwa dalam waktu 6 bulan kedepan aktifitas pemasaran di setiap kota akan mulai membaik.
Dalam studi ini kami juga mencoba menanyakan pendapat para marketer terkait dengan dua isu yang terakhir hangat di bicarakan oleh masyarakat. Pertama, Pemilu Presiden 2009 dan Bom Marriotz-Ritz Carlton bulan lalu.
Ketika kami sodorkan pertanyaan mengenai kondisi sosial politik paska Pemilu Presiden kepada para marketer, ternyata sebagian besar dari mereka memberikan jawaban yang positif dimana hampir dari separuh marketer mengatakan bahwa kondisi sosial politik saat ini baik dan sangat kondusif.
Demikian juga halnya ketika para marketer kami berikan pertanyaan mengenai apakah ada pengaruh kasus Bom Marriotz-Ritz Carlton 17 Juli berpengaruh terhadap perusahaan mereka, ternyata lebih dari 80 % dari para marketer yang di survei mengatakan bahwa kasus Bom Marriotz-Ritz Carlton tidak berpengaruh terhadap kinerja perusahaan mereka.
Optimisme para marketer ini tentu saja patut di sambut dengan baik sebagai sinyal perbaikan ekonomi di paruh kedua tahun 2009. Namun demikian optimisme ini tidaklah cukup apabila tanpa di barengi dengan semangat kerja keras dan keharmonisan kehidupan berbangsa dan bernegara, karena selalu ada saja tangan-tangan jahat yang selalu ingin merusak stabilitas kehidupan bangsa Indonesia. #IndonesiaUnite.
*dimuat di majalah marketeers edisi agustus 2009