Pemilih Muda (GEN Z dan Milenial)
Generasi milenial secara statistik memang akan menjadi penentu utama dalam pemilu 2019, bukan saja karena jumlah pemilih dari kelompok generasi milenial yang besar, tapi juga sudah banyak aktor-aktor politik dari generasi milenial yang muncul ke permukaan. Pilkada serentak 2018 diberbagai daerah menjadi bukti bagaimana generasi milenial menjadi penentu siapa yang terpilih dalam pilkada serentak tersebut.
Estimasi yang yang dilakukan oleh Alvara Research Center berdasarkan data BPS menunjukkan pada tahun 2019 penduduk Indonesia yang berusia diatas 17 tahun, yang memiliki hak pilih, berjumlah 191 juta jiwa, dan diantara mereka yang berusia 17 – 36 tahun berjumlah mencapai 85,4 juta jiwa atau 44,6%. Pemilih inilah yang kemudian masuk kategori pemilih muda (Gen Z dan Milenial)
Bila dilihat secara kepulauan, pemilih milenial memang paling besar ada di pulau Jawa, karena memang secara struktur penduduk, 58% penduduk Indonesia ada di Jawa, perimgkat kedua ada pula Sumatera, dan berikutnya ada di kepulauan yang lain.
Bagaimana sebaran pemilih muda antar provinsi di Indonesia?, secara persentase terlihat bahwa justru provinsi-provinsi diluar Jawa yang memiliki nilai persentase pemilih muda lebih tinggi, terutama provinsi-provinsi di Indonesia Timur. Namun karena secara total jumlah pemilihnya rendah maka bila dibandingkan dengan provinsi-provinsi di Jawa dan Sumatera, jumlah pemilih diprovinsi-provinsi tersebut masih kalah dengan jumlah pemilih muda di Jawa dan Sumatera.
Gurihnya jumlah pemilih muda ini menyebabkan berbagai aktor politik, baik partai maupun capres-cawapres berlomba-lomba untuk mendekati pemilih muda ini dengan harapan mereka akan meraup banyak suara mereka pada pemilu 2019 nanti. Berbagai aksi yang dilakukan oleh Sandiaga Uno dan pengangkatan Eric Thohir sebagai ketua Timses Pasangan Jokowi – KMA bisa kita baca bahwa nantinya pertarungan untuk memperebutkan suara pemilih muda akan sangat sengit dan seru.
Sengitnya perebutan suara pemilih muda bisa kita lihat dari hasil survei nasional Alvara Research Center bulan Agustus 2018 yang menunjukkan perolehan suara antara dua pasang kandidat capres, Jokowi – KMA dengan Prabowo – Sandi bersaing sangat ketat di pemilih muda, terutama di pemilih Gen Z (usia 17 – 21 tahun). Selisih suara pasangan JKW-KMA dan Prabowo-Sandi dipemilih Gen Z sebesar 5,8%, selisih suara dipemilih milenial sebesar 16,3%, sementara selisih suara dipemilih Gen X sebesar 25,4%, dan selisih dipemilih Baby Boomer sebesar 17,2%.
Hal yang sama terjadi dengan elektabilitas partai politik, meski secara umum elektabilitas PDI Perjuangan lebih unggul dibanding partai-partai lain, namun elektabilitas Partai Gerindra lebih tinggi dibanding PDI Perjuangan dipemilih Gen Z dan bersaing ketat dipemilih milenial.
Pemilih Perempuan
Selain pemilih muda, wacana pemilu 2019 juga diwarnai dengan perebutan suara pemilih perempuan. kenapa pemilih perempuan penting untuk dilihat? Setidaknya ada dua alasan. Pertama, secara jumlah pemilih perempuan juga besar, estimasi yang dilakukan Alvara Research berdasarkan data BPS, jumlah pemilih perempuan di Indonesia mencapai 97,94 juta jiwa atau sekitar 50,03%.
Alasan kedua adalah tingkat partasipasi pemilih perempuan dalam pemilu lebih tinggi dibanding pemilih pria, hal ini bisa kita lihat dalam pilkada serentak tahun 2018.