Cawapres NU, Mungkinkah?

NUSalah satu perbincangan serius mengenai siapa yang akan menjadi cawapres Joko Widodo dan pesaingnya dalam pilpres 2019 nanti adalah kandidat yang memiliki latar belakang Nahdlatul Ulama (NU). Paling tidak ada dua alasan kenapa posisi NU menjadi sangat penting. Pertama, karena alasan jumlah pemilih yang berlatar belakang NU di Indonesia sangat besar. Dari survei Alvara Research Center awal tahun 2018 menunjukkan sekitar 70% pemilih muslim menyatakan dekat dan berafiliasi dengan NU, sedangkan yang mengaku menjadi anggota NU sebesar 33,3%, itu artinya dari 195 juta total pemilih di Indonesia, lebih dari 55 juta pemilih menyatakan dirinnya sebagai anggota NU.

Alasan kedua adalah tantangan terkait populisme berbasis agama yang masih kuat. Pengalaman Pilkada DKI Jakarta tahun menjadi catatan sejarah bahwa sentimen politik identitas berbasis agama menjadi faktor penting dalam kontestasi kandidat pemilihan Gubernur Jakarta. Dan bila melihat perkembangan wacana politik Indonesia hari ini nampaknya penggunaan politik identitas dan populisme berbasis agama akan tetap mewarnai pertarungan Pilpres 2019, inilah kenapa kandidat capres terutama Joko Widodo membutuhkan dukungan dari ormas Islam yang sejak awal menolak penggunaan agama untuk kepentingan politik, dan kita semua tahu NU berada dalam barisan ini.

Lalu siapa tokoh-tokoh NU atau yang berlatar belakang NU yang layak menjadi Cawapres di 2019? Secara spesifik Alvara Research Center pada bulan April-Mei 2019 pernah melakukan survei terhadap pemilih yang menjadi anggota NU untuk menanyakan siapa tokoh-tokoh NU yang layak menjadi cawapres 2019. Hasilnya secara berurutan Muhaimin Iskandar, Khofifah Indarparawansa, Mahfud MD, KH. Said Aqil Siradj, Yenny Wahid, Imam Nahrawi, KH. As’ad Said Ali, Romahurmuzy, KH. Yahya Cholil Staquf adalah 9 tokoh NU yang dianggal layak menjadi cawapres 2019 oleh pemilih yang mengaku menjadi anggota NU.

Bila melihat nama-nama tersebut maka bila kita kerucutkan menjadi tiga nama maka menurut saya secara kalkulasi politik yang berpeluang untuk menjadi cawapres adalah Muhaimin Iskandar, Mahfud MD, dan KH As’ad Said Ali.

Muhaimin Iskandar memiliki kelebihan dari sisi pengalaman politik yang sangat panjang dan sekaligus dukungan riel dari partai yakni PKB, namun posisi Cak Imin sebagai ketua partai politik juga sekaligus titik lemahnya karena partai-partai lain hampir dipastikan akan keberatan untuk menerima Cak Imin sebagai cawapres. Dalam konteks ini posisi Mahfud MD dan KH As’ad Said Ali lebih menguntungkan, karena bukan tokoh partai tertentu.

Selain itu kelebihan Mahfud MD adalah relatif bisa diterima oleh partai pendukung Joko Widodo dan bisa diterima oleh pemilih Non-NU, namun kurangnya dukungan dari elit-elit NU menjadi titik lemah Mahfud MD, selain itu nama Mahfud MD juga kurang dikenal di grass-root pemilih nahdliyin.

Lalu bagaimana dengan peluang KH As’ad Said Ali? Nama KH As’ad Said Ali memang nama baru dalam percaturan kandidat cawapres kali ini. Senioritas di NU dan jaringan international terutama jaringan Timur Tengah menjadi titik unggul KH As’ad Said Ali. Namun kelemahan popularitas menjadi titik lemah KH As’ad Said Ali saat ini.

Meski peluang tokoh-tokoh NU untuk menjadi cawapres cukup tinggi, namun perlu diingat bahwa isu populisme agama bukan satu-satunya indikator utama dalam pilpres nanti, masih ada dua indokator penting yang lain, yakni pemilih muda milenial yang besar, dan isu terkait ekonomi. Bisa saja capres nanti mengambil cawapres muda untuk meraup suara pemilih muda, atau juga memilih cawapres dengan latar belakang ekonom atau teknokrat untuk meraih kepercayaan publik dalam memperkuat kinerja ekonomi.

Akhirnya bagaimana peluang tokoh-tokoh NU itu menjadi cawapres? Akhirnya kembali berpulang kepada bagaimana tokoh-tokoh dan elit NU menyatukan suara dan bersatu padu menentukan siapa yang akan dianggap representatif menjadi wakil NU dalam pertarungan besar menjadi cawapres nanti. Kita semua tau penentuan cawapres lebih banyak ditentukan oleh lobi-lobi dan kasak kusus dibelakang panggung, dan siapa yang menjadi “pembisik” yang paling kuat akan menjadi faktor paling penting siapa yang akan menjadi cawapres nanti.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s