Fenomena belanja online di Indonesia akhir-akhir semakin menarik untuk dicermati. Berbagai situs belanja online bermunculan silih berganti, mulai dari pemain lokal sampai pemain global yang ekpansi ke Indonesia karena melihat perkembangan pasar Indonesia yang semakin menarik. Dalam berbagai kesempatan ketika ditanya media, saya menyampaikan setidaknya ada tiga alasan mengenai pesatnya perkembangan belanja online di Indonesia.
Pertama, penetrasi pengguna semakin tinggi di Indonesia, berbagai studi menunjukkan tahun 2015 setidaknya 80 juta penduduk Indonesia sudah terkoneksi dengan internet dan 33,5 % diantaranya menurut Alvara Strategic Research tergolong sebagai heavy users (akses internet 3 – 6 jam sehari) dan 13,5 % adalah addicted users (akses internet > 7 jam sehari). Dengan demikian 26,8 juta pengguna internet adalah heavy users dan 10,8 juta adalah addicted users. Sebuah potensi pasar yang sangat menjanjikan.
Kedua, gaya hidup konsumen Indonesia. Konsumen Indonesia terkenal sebagai konsumen yang selalu ingin tampil gaya dan terdepan dalam menggunakan produk tertentu terutama produk smartphone dan gadget lainnya. Dilain pihak mereka secara umum juga terkenal sebagai konsumen yang memiliki sensitifitas yang tinggi terhadap harga. Mereka akan mencari produk-produk yang keren tapi dengan harga yang terjangkau oleh mereka. Mereka menemukan itu di situs-situs belanja online.
Ketiga, agresifitas situs belanja online. Situs-situs belanja online berlomba-lomba menawarkan berbagai program untuk menarik para pembeli untuk belanja di situs mereka, ada yang menawarkan diskon hingga puluhan persen atau menawarkan cicilan 0%. Para pembeli juga dimanjakan dengan berbagai pilihan metode pembayaran dan gratis biaya pengiriman. Yang saya suka dari “aktivis” situs-situs belanja online itu adalah meski mereka bersaing cukup ketat satu sama lain tapi mereka terlihat kompak untuk sama-sama membesarkan pasar belanja online.
Beberapa tahun lalu saya sempat mengatakan ada dua kendala yang bisa menjadi menghambat berkembangnya pasar belanja online di Indonesia, yaitu soal pengiriman/kurir dan keamanan transaksi pembayaran. Namun saya melihat dua kendala belakangan sudah mulai terkikis. Dengan memberikan jaminan ekstra kepada pembeli, persoalan logistik pengiriman barang mulai teratasi. Persoalan keamanan transaksi juga hilang, pembeli mulai tidak kawatir lagi untuk menggunakan kartu kredit untuk belanja online, Survei yang dilakukan Alvara Strategic Research mencatat persentase pembeli yang menggunakan kartu kredit untuk belanja online tahun 2015 meningkat hampir tiga kali lipat dibanding tahun 2014.
Dimana sebenarnya mereka belanja online? Ternyata 52,9% mereka mengaku belanja di online store (lazada, blibli, dll), 37,0% di forum online dan e-marketplace (kaskus, tokopedia, olx, bukalapak, dll) , 25,1 di social media (facebook, Instagram, twitter, dll), dan 13,2% belanja melalui messenger apps (BBM, Whatsapp, Line, Dll). Dengan melihat hasil tersebut sebenarnya konsumen memiliki kebiasaan belanja online di lebih dari satu kategori situs belanja online, sebagai contoh selain mereka belanja di online store, mereka juga belanja di e-marketplace atau juga di social media.
Lalu produk apa saja yang mereka biasa beli online? Ternyata konsisten dengan tahun 2014, tahun 2015 produk apparel (baju, kaos, celana) masih menempati urutan pertama, disusul kemudian oleh produk smartphone/handphone, tiket, dan notebook.
Saya melihat kedepan belanja online ini akan semakin pesat perkembangannya, hal ini mulai ditandai dengan perusahaan-perusahaan ritel mulai ikutan menjajal ikutan membuat situs belanja online. Bagi konsumen ini tentu harus disambut dengan gembira, semakin banyak situs belanja online berarti semakin beragam pilihan untuk belanja. Bagi konsumen, selain harga dan kualitas produk, faktor kemudahan dan jaminan keamanan transaksi merupakan hal penting, disinilah pentingnya peran regulator dalam hal ini pemerintah untuk memberikan perlindungan transaksi belanja online, jangan sampai pemerintah tergagap-gagap lagi dalam mengikuti cepatnya perkembangan transaksi online di internet.
Oleh:
Hasanuddin Ali
CEO and Founder
Alvara Strategic Research