Diluar hiruk pikuk persidangan Muktamar, saya lebih suka mengamati yang diluar arena muktamar. Tempat sidang muktmar sendiri terdapat di tenda besar di alun-alun Jombang, di luar tenda itu ada panggung besar yang di apit oleh stan-stan pameran dari berbagai perusahaan.
Saya datang ke Jombang di hari ketiga bersama Cak Mohammad Amin, hari senin malam saya menginjakkan kaki di jombang dan langsung mengarah ke tebu ireng, bukan ke ponpesnya tapi ingin mencicipi nasi kikil Gus Dur yang terkenal itu.
Namun karena sudah malam dan gak ketemu, akhirnya kami makan Nasi Kikil Mbok Tandur, dan saya juga baru tahu dari Hartanto Suropawiro yang asli Jombang ternyata Nasi Kikil Mbok Tandur lah yang pertama jualan nasi kikil di daerah Diwek, Jombang.
Singkat cerita di Diwek ada 3 warung nasi kikil yang terkenal, nasik kikil mbok tandur yang berwarna kuning, kemudian ada yang berwarna biru, dan yang terakhir yang berwarna merah.
Nah, warung yang berwarna merah inilah yang kemudian dikenal Nasi Kikil Gus Dur, konon dulu Gus Dur sering makan di warung ini. Gak tau ini sekedar trik marketing atau tidak, yang jelas di Jombang setiap sesuatu yang ditempeli nama Gus Dur sudah jaminan akan laris.
Selain itu yang menjadi bintang di luar arena Muktamar NU adalah batu akik. Ya batu akik merajai setiap sudut Muktamar, mulai dari yang berharga 10 ribuan sampai yang jutaan ada.
Dan saya liat setiap ada penjaja akik selalu ramai dan dipadati pengunjung, bahkan mengalahkan stan-stan dari berbagai perusahaan besar yang ada di alun-alun Jombang
Saya juga perhatikan peserta dan penggembira muktamar, jari jemarinya hampir dipastikan mengenakan Akik, bahkan ada yang sampai mengenakan 2-3 akik. Seandainya ada yang disurvei, mungkin lebih dari 80% peserta dan penggembira muktamar mengenakan akik.
Hasanuddin Ali 