Meningkatkan Kinerja Daerah: Tidak Sekedar City Branding

Kinerja daerah – Kabupaten/Kota – sangat ditentukan oleh bagaimana inovasi dan inisiatif program-program yang coba disusun oleh kepala daerah selama periode kepemimpinannya. Karena banyaknya agenda dan program, biasanya kepala daerah “kebingungan” dengan prioritas apa yang paling penting dan dibutuhkan masyarakat di daerah yang dipimpinnya.

Setidaknya ada tiga inisiatif yang bisa dilakukan oleh kepala daerah. Pertama, Place Marketing, Place marketing – atau city branding” sering salah dipahami hanya sekedar pembuatan dan desain logo kota/kabupaten, padahal place marketing adalah strategi holistic untuk memasarkan daerahnya, strategi itu mesti berangkat dari kekuatan dan karakter daerah dan tidak boleh meninggalkan ciri khas dan budaya daerah setempat. Strategi ini bukan hanya soal bagaimana menarik wisatawan untuk berkunjung, tapi juga bagaimana strategi menarik investor dan kalangan industri untuk berinvestasi di daerah tersebut.

Kedua, Public Policy Research, Daerah/kota perlu membuat kajian untuk menguji tingkat penerimaan masyarakat terhadap berbagai kebijakan yang akan di ambil oleh pemerintah daerah, sehingga setiap kebijakan daerah tersebut mendapat dukungan dari masyarakat. Kebijakan publik daerah harus berangkat dari kebutuhan dan masalah yang di hadapi warganya, dengan melakukan kajian, pemerintah daerah akan mampu menentukan prioritas-prioritas program kebijakan yang harus didahulukan. Kata kunci dari inisiatif kedua ini adalah “Mendengar”, pemerintah daerah harus lebih banyak mendengar warganya sebelum memutuskan sesuatu.

Ketiga, Public Service Monitoring, Pemerintah daerah harus memastikan bahwa pelayanan yang di berikan kepada masyarakat harus baik dan prima, untuk itu perlu adanya pengukuran kualitas layanan yang di berikan oleh instansi pemda terhadap masyarakat secara berkala dari waktu ke waktu. Kata kunci dari inisiatif ketiga ini adalah “konsistensi pelayanan”. Pemerintah daerah tidak hanya dituntut melayani warganya dengan baik, tapi juga harus konsisten dari waktu ke waktu layanan yang di berikan kepada warganya tetap terjaga dengan baik.
Setiap aparatur pemerintah daerah harus memiliki jiwa dan budaya melayani. Pemerintah daerah harus banyak dari sektor swasta – terutama sektor jasa seperti bank, airline, hotel, dll – dimana kinerja layanan sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari indikator kinerja perusahaan selain indikator yang terkait keuangan. Pemerintah daerah harus mulai memasukkan indikator layanan sebagai salah satu KPI (key performance indicator) setiap instansi di daerahnya.

Tiga prioritas program utama diatas ditujukan agar pembangunan daerah secara substantif dampaknya bisa dirasakan oleh masyarakat didaerah tersebut. Ujung dari tiga program diatas ditujukan untuk memenuhi tiga indikator utama pembangunan sebuah daerah. Tiga indikator utama itu adalah Livable, Kota Layak Huni, Daerah/kota harus mampu menjadikan masyarakatnya betah tinggal di kota tersebut, kota harus mampu menyediakan segala prasyarat baik dari sisi hardware maupun software yang manusiawi agar warganya merasa nyaman tinggal di kota itu. Salah satu syarat utama daerah/kota layak huni adalah pemerintah harus mampu memenuhi harapan dan menjadi pelayan bagi warganya.

Kedua, Investable, Kota Layak Investasi, Daerah/kota harus mampu memberikan iklim investasi yang baik kepada investor, sehingga investor merasa “nyaman” investasi didaerah tersebut. Iklim investasi yang baik bisa diakukan melalui insentif perpajakan atau kemudahan perijinan.

Ketiga, Visitable, Kota Laya Kunjungi, Daerah/Kota harus mampu memberikan pengalaman yang tak terlupakan bagi orang yang berkunjung ke daera/kota tersebut. Pengunjung kota tersebut tidak terbatas hanya wisatawan tapi juga pengunjung daerah untuk aktivitas bisnis dan MICE.

Tentu saja untuk menjalankan tiga program tersebut diperlukan komitmen yang kuat dari kepala daerah. Komitmen itu penting untuk menjaga agar program-program tersebut tidak terjebak dalam semata-mata pencitraan.
Pencitraan sebetulnya tidak masalah asalkan pencitraan yang Otentik, bukan pencitraan bungkus. Pencitraan Otentik adalah pencitraan yag dibangun atas dasar karakter yang kuat dan reputasi yang telah dibangun lama, model pencitraan ini lebih menonjolkan “apa kemampuan dan keunggulan saya”, dengan kata lain pencitraan otentik lebih inside-out. Sebaliknya pencitraan bungkus adalah pencitraan yang memiliki ciri lebih mementingkan kemasan dibanding isi, pencitraan semacam ini dibangun atas dasar “apa yang membedakan saya dengan lawan saya”.

Akhir kata, dengan kinerja daerah yang semakin baik dan memiliki program kebijakan yang selalu melibatkan masyarakat dan tepat sasaran, serta memberikan layanan prima kepada masyarakat maka warga masyarakat akan merasakan dampak langsung hasil pembangunan daerahnya.

Oleh:
Hasanuddin Ali
CEO Alvara Strategic Research

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s