Anak Muda, Digital, dan Persiapan Menghadapi 2023

Pemerintah Indonesia selama 2 tahun ini lebih banyak dihabiskan untuk mengatasi situasi pandemi COVID-19. Pemerintah dengan sangat baik berhasil mengendalikan pandemi COVID-19 dan mendapat pujian dari berbagai negara bahwa Indonesia termasuk negara yang mampu mengatasi pandemi COVID-19 dengan sukses. Meski mendapatkan tekanan ekonomi global, kondisi ekonomi Indonesia relatif baik, hal ini ditandai dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia sepanjang tahun 2021 dan 2022 menunjukkan trend positif.

Hasil sensus penduduk BPS tahun 2020 menunjukkan ada tiga generasi yang secara jumlah sangat dominan di Indonesia, yaitu gen X, milenial, gen Z. Dua per tiga penduduk Indonesia berasal dari ketiga generasi ini, yakni gen X, 21,88 persen atau setara dengan 58,65 juta, milenial, 25,87 persen atau setara dengan 69,90 juta, dan gen Z, 27,94 persen atau setara dengan 74,93 juta.

Dalam laporan Visi Indonesia Emas 2045, Bappenas menyebutkan bahwa jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2045 sebesar 318,9 juta jiwa dan mayoritas tinggal di perkotaan (72,8 persen). Dalam laporan tersebut juga disebutkan secara ekonomi jumlah penduduk yang masuk kategori kelas menengah sebanyak 223 juta dan angkatan kerja 197,2 juta jiwa.

Dari sisi teknologi, BPS mencatat tahun 2020 pelanggan telepon selular di Indonesia sebesar 131,66 per 100 penduduk, artinya satu penduduk Indonesia bisa memiliki lebih dari satu nomer selular. Sementara itu pengguna Internet di Indonesia menurut Asosiasi Penyelenggara Internet Indonesia (APJI) tahun 2019-2020 mencapai 196,7 juta atau 73,7 persen dari total penduduk Indonesia.

Penetrasi internet di Indonesia berkembang dengan cepat selama beberapa tahun terakhir.  Internet saat ini sudah menjadi kebutuhan dari setiap individu.  Hasil studi Alvara Research Center menemukan delapan dari sepuluh orang di Indonesia saat ini telah mengakses internet.  Makin muda, penetrasi internet makin tinggi.  Hal ini ditunjukkan dari temuan riset bahwa semua Gen Z telah mengakses internet, kemudian sembilan dari sepuluh Milenial telah mengakses internet, dan delapan dari sepuluh Gen X telah mengakses internet serta baru setengah dari Baby boomer yang mengakses internet. 

“Kegandrungan” generasi muda akan internet terlihat dari makin banyaknya Gen Z dan Milenial yang masuk dalam kategori addicted user (dengan durasi akses internet > 7 jam sehari).  Tiga hingga empat dari sepuluh Gen Z di Indonesia merupakan addicted user, sedangkan 2 dari sepuluh Milenial merupakan addicted user.  Proporsi dua generasi tersebut yang merupakan addicted user lebih tinggi dibanding generasi sebelumnya.

Perbedaan waktu mengakses internet antar generasi cukup nyata.  Secara umum puncak dari penggunaan internet di semua generasi berada pada rentang waktu pukul 18.00-22.00.  Artinya puncak konsumsi internet terjadi di malam hari.  Kondisi ini tentu layak menjadi perhatian bagi para provider internet, agar di jam-jam tersebut tidak terjadi penurunan kecepatan dan kapasitas internet.  Jika kita lihat penggunaan internet di generasi muda yaitu Gen Z makin merata di semua waktu, sedangkan untuk Milenial dan Gen X pola waktunya hampir sama. Sedangkan untuk Baby boomer tren waktu penggunaannya secara proporsi lebih rendah dibanding generasi sebelumnya.

Hari-hari ini smartphone bukan menjadi barang mewah lagi. Hampir setiap orang yang kita temui pasti memegang smartphone, baik itu smartphone yang middle low maupun yang premium. Temuan riset menunjukkan bahwa gen Z memiliki smartphone diusia 6-10 tahun, kemudian Milenial di usia 16-20 tahun dan gen X diusia > 20 tahun. Artinya generasi yang lebih muda makin adaptif dengan teknologi smartphone karena mereka mengenal smartphone lebih dini, sehingga mereka lebih mudah dalam memahami teknologi internet maupun smartphone. Pengenalan dan kepemilikan smartphone sejak usia dini tentu memiliki dampak positif dan negatif terhadap perkembangan anak yang dalam hal ini adalah Gen Z.

Penetrasi dan intensitas konsumsi internet yang sangat besar dikalangan anak muda berakibat pada perubahan nilai-nilai dan perilaku anak muda. Karena mereka sebagian besar menghabiskan waktu di dunia digital maka pola pikir, cara pandang, dan watak mereka juga berbasis digital. Siapa saja yang akan mendekat kepada anak muda harus menggunakan media digital agar bisa mendapatkan atensi anak muda.

Kondisi ekonomi Indonesia tahun 2023 yang diramalkan oleh banyak pihak tidak terlalu bersahabat akibat dari krisis ekonomi global ternyata juga mulai berdampak pada anak muda. Hasil survei Alvara Research Center pada periode survei September 2022 menunjukkan tingkat optimisme Gen Z terhadap kondisi ekonomi tahun 2023 sebesar 69.2%, lebih rendah dibanding generasi-generasi yang lebih tua yang tingkat optimisnya diatas 70%.

Akses informasi Gen Z yang tidak terbatas menyebabkan mereka secara cepat mengetahui segala kejadian yang terjadi dibelahan dunia yang lain, literasi global tersebut kemudian membentuk pola pikir mereka dan dikonstekstualisasikan dengan kondisi aktual yang terjadi di Indonesia. Mereka  juga sadar bahwa kondisi ekonomi yang tidak baik berakibat langsung dengan masa depan mereka terutama terkait akses dan peluang kerja mereka.

Lalu apa yang harus dilakukan anak muda untuk memastikan masa depan mereka tetap cerah dimasa sulit?, berikut ini adalah prinsip-prinsip yang harus dilakukan. Pertama, Kolaborasi, di dunia yang semakin terkoneksi ini harus dimanfaatkan secara optimal, baik jejaring konvensional maupun jejaring internet menjadi modal yang sangat berharga. Semangat berjejaring secara naluriah sudah dimiliki oleh anak muda, tinggal bagaimana mewujudkan jejaring yang lebih produktif.

Kedua, Inovasi, karakteristik anak muda yang kreatif bila disalurkan pada waktu dan tempat yang tepat bisa menghasilkan inovasi yang unggul, inovasi ini terbatas pada inovasi berbasis produk fisik tapi juga ide dan gagasan yang berimplikasi pada perubahan sosial. Ketiga, Durabiliti, anak muda tidak boleh cepat putus asa dan juga tidak boleh cepat puas. Konsistensi dan daya tahan menjadi kata kunci apakah anak muda memiliki daya juang dalam memperjuangkan mimpi-mimpi mereka.

Pepatah terkenal dari peradaban Tiongkok menyebutkan, setiap krisis disaat yang menghasilkan peluang. Disinilah anak muda berperan, dengan akses digital yang tidak terbatas, akses informasi yang luas, dan usia produktif yang mereka miliki, anak muda bisa menjadi daya ungkit bagi Indonesia untuk melalui masa-masa sulit di tahun 2023.

Advertisement

Leave a Reply

Fill in your details below or click an icon to log in:

WordPress.com Logo

You are commenting using your WordPress.com account. Log Out /  Change )

Twitter picture

You are commenting using your Twitter account. Log Out /  Change )

Facebook photo

You are commenting using your Facebook account. Log Out /  Change )

Connecting to %s