Tentu anda masih ingat beberapa waktu yang lalu Alvara Research Center mengeluarkan whitepaper yang membahas tentang tiga tipologi anak muda Indonesia, yaitu The Social Butterfly atau “Si Paling Eksis”(16,0%). Kedua, The Digital Junkie atau “Si Digital Banget Banget” (39,7%), dan ketiga, The Chillaxer atau “Si Santuy Abis Abis” sebagai kelompok terbesar (44,3%). Dalam whitepaper itu juga dijelaskan bahwa ketiga tipologi ini tidak absolut, tapi bisa juga saling terhubung satu sama lain.
Untuk lebih mengoperasionalisasikan ketiga tipologi tersebut dalam dunia pemasaran maka kita perlu membahas bagaimana peran ketiga tipologi anak muda ini dalam strategi pemasaran secara lebih komprehensif. Atau dalam bahasa yang lain, bagaimana mengintegrasikan tiga tipologi ini menjadi strategi pemasaran yang saling menguatkan dan berkesinambungan?
Katakanlah anda sedang mengembangkan sebuah produk, brand, atau layanan baru dengan target pasar anak muda atau juga konsumen secara umum, bagaimana peran tiga tipologi tadi dalam perkembangan produk baru tersebut? Jawabannya bisa digambarkan dalam gambar dibawah ini.

Ini adalah sebuah ekosistem yang memposisikan ketiga tipologi ini dalam tiga peran strategis: Promoter, Experiencer, dan Storyteller, yang terhubung dalam sebuah siklus tanpa akhir.
Promoter: Si Paling Eksis sebagai Generator Buzz
Dalam ekosistem ini, Si Paling Eksis menjadi Promoter — motor penggerak yang menciptakan gelombang pertama kesadaran publik (awareness). Dengan jejaring sosial yang luas, kemampuan membaca tren, dan insting untuk selalu hadir di pusat keramaian, mereka memiliki kapasitas untuk mengubah produk atau layanan yang biasa saja menjadi talk of the town.
Perilaku konsumsi mereka seringkali dipicu oleh social currency: bagaimana sebuah produk dapat meningkatkan status atau citra diri mereka di mata orang lain. Bagi brand, mereka adalah amplifier alami: satu unggahan mereka di Instagram atau TikTok dapat memicu percakapan di ribuan timeline.
Strategi yang efektif untuk segmen ini meliputi kolaborasi dengan influencer, peluncuran produk edisi terbatas, pop-up event yang Instagrammable, hingga kampanye berbasis challenge yang mengundang partisipasi publik. Promoter bekerja paling baik di tahap awal siklus pemasaran, memancing rasa penasaran dan FOMO yang kemudian mendorong audiens untuk mencari tahu lebih banyak.
Experiencer: Si Digital Banget sebagai Pemberi Validasi
Jika Si Paling Eksis adalah pintu masuk, Si Digital Banget adalah pemeran yang meyakinkan konsumen untuk bertahan dan mencoba. Mereka memegang peran sebagai Experiencer — penjelajah teknologi dan inovasi yang gemar menguji fitur, membandingkan performa, dan memberikan umpan balik yang jujur.
Perilaku mereka cenderung rational-driven: sebelum mengambil keputusan, mereka mencari bukti nyata bahwa produk tersebut layak dicoba. Di tangan mereka, trust building terjadi melalui ulasan mendalam, video tutorial, webinar, atau thread panjang di media sosial yang membedah kelebihan dan kekurangan produk.
Brand dapat memanfaatkan segmen ini dengan mengundang mereka menjadi beta tester, memberikan akses eksklusif untuk mencoba fitur baru, atau melibatkan mereka dalam proses co-creation. Ketika Experiencer merekomendasikan sebuah produk, rekomendasi itu memiliki bobot yang besar, karena didasari oleh pengalaman langsung dan keahlian yang diakui komunitasnya.
Storyteller: Si Santuy Abis sebagai Penjaga Kedekatan
Di ujung siklus, ada Si Santuy Abis yang berperan sebagai Storyteller. Mereka mungkin tidak selalu berteriak paling keras di media sosial atau menjadi yang pertama mencoba teknologi baru, tetapi mereka memiliki kemampuan unik: membuat brand terasa akrab, dekat, dan relevan dalam kehidupan sehari-hari.
Storyteller membangun hubungan jangka panjang melalui narasi personal yang penuh makna — cerita tentang bagaimana secangkir kopi hangat menemani pagi mereka, atau bagaimana sebuah hoodie nyaman menjadi pelindung di musim hujan. Mereka memperkuat dimensi emosional dari sebuah brand, menjadikannya bagian dari identitas dan keseharian audiens.
Strategi yang tepat untuk segmen ini mencakup kampanye long-form storytelling, kolaborasi komunitas hobi, program wellness, dan aktivitas berbasis nilai keberlanjutan. Konten mereka mungkin tidak selalu viral, tetapi memiliki retention value tinggi, yang menjaga konsumen untuk tetap setia dalam jangka panjang.
Sinergi dan Siklus Tanpa Akhir
Keindahan dari ekosistem ini adalah sifatnya yang siklikal. Promoter menciptakan perhatian awal, Experiencer memberikan alasan logis untuk mencoba, dan Storyteller menjaga hubungan emosional agar bertahan. Konsumen yang terhubung secara emosional ini kemudian dapat menjadi Promoter baru — memulai kembali siklus dengan audiens yang berbeda.
Model ini menghindari jebakan kampanye satu arah yang hanya mengandalkan push marketing. Sebaliknya, ia menciptakan loop pertumbuhan organik yang memperluas jangkauan, memperdalam hubungan, dan meningkatkan konversi tanpa harus selalu mengeluarkan biaya besar untuk iklan berulang.
Dalam praktiknya, brand dapat menjalankan ketiga peran ini secara paralel untuk menjangkau segmen pasar yang berbeda sekaligus. Namun, memahami urutan aliran peran ini membantu menyusun kampanye yang lebih terukur: mulai dari menciptakan buzz, memperkuat kepercayaan, hingga memelihara loyalitas.


Leave a comment