Data, Teknologi, dan Masa Depan Manusia

Dalam peradaban modern, data dan teknologi adalah mantra suci yang akan menentukan arah masa depan umat manusia. Kini pengaruh keduanya telah mulai dirasakan umat manusia dan harus diakui kehidupan manusia sekarang ini  setiap detiknya sangat tergantung dan tidak bisa dipisahkan dari keduanya. Kita mau telepone seseorang, kita mengakses sumber data nomor yang ada di phonebook kita, kita mau nyari lokasi warung rujak cingur paling enak di Jakarta kita tinggal cari di google map. Data dan teknologi membuat kehidupan manusia menjadi lebih mudah dan nyaman.

Melalui teknologi digital manusia secara sadar atau tidak terus memproduksi data-data secara terus menerus, apa yang kita tulis dan baca di kanal sosial media, apa yang kita cari di mesin pencari atau perilaku digital kita di smartphone kita masing-masing adalah data sangat berharga. Data-data yang kita produksi itu kemudian diolah dan dianalisis perusahaan digital menggunakan mesin algoritma yang hasil akhirnya kita nikmati kembali di layar smartphone. Apa yang disajikan dilayar smartphone kita sudah di sesuaikan dengan perilaku dan kebiasaan yang kita lakukan dan kita tidak punya kuasa untuk menolak apa yang disajikan dari hasil olahan algoritma tersebut didepan mata kita

Sejak satu dekade terakhir, data telah ditasbihkan sebagai minyak baru, banyak sekali pakar yang mengatakan siapa yang menguasai data dia yang akan menguasai dunia. Perkembangan data yang luar biasa pesat ini mendorong inovasi dan kemajuan diberbagai sektor. Big data yang dihasilkan setiap detik merupakan bukti keberadaan kita yang saling terhubung satu sama lain. Dari jejak kita di media sosial hingga urutan genom makhluk hidup, data adalah fondasi yang mendasari pembangunan masa depan peradaban manusia

Analisis big data mampu menjelaskan berbagai fenomena yang terjadi dengan lebih baik, memprediksi tren dengan lebih presisi, dan memahami berbagai kerumitan perilaku manusia. Mulai dari sektor keuangan, kesehatan masyarakat hingga perencanaan kota, big data mengubah cara kita menghadapi masalah dan mencari solusi.

Teknologi, hasil dari kecerdasan manusia, dengan segala perkembangannya terus berusaha menembus batas-batas segala kemungkinan. Kecerdasan Buatan (AI), Internet of Things (IoT), dan komputasi kuantum kini bukan lagi sekadar wacana yang mengggantung di alam pikir kita, kini teknologi-teknologi itu semakin nyata dan memandu kita menuju wilayah-wilayah yang belum dipetakan.

Bertemunya big data dan teknologi AI seperti kata orang Jawa, tutup ketemu tumbu, sebuah simbiosis yang tak terelakkan. AI tanpa big data hanya sekumpulan coding bahasa komputasi yang kekurangan bahan bakar, sebaliknya big data tanpa AI hanya akan menjadi buih angka-angka tanpa makna. Simbiosis big data dan AI menghasilkan berbagai wacana dan wawasan yang sebelumnya berada di luar jangkauan kita. Meski belum sempurna, seakan-akan AI mempu menjawab segala pertanyaan umat manusia.

Namun demikian, yang perlu kita renungkan, seiring dengan semakin dekatnya mesin yang bisa meniru kognisi manusia, kita harus merenungkan implikasi dari kemajuan ini. Akankah teknologi menambah manfaat bagi umat manusia, atau justru mendegradasi kemampuan paling dasar manusia yaitu kemampuan berpikir.

Identitas kita hari ini mulai dibentuk oleh keterlibatan teknologi dalam kehidupan keseharian kita. Digital augmentation, biohacking, dan juga weareble technology semakin mengaburkan perbedaan antara manusia dan mesin. Ketika keterbatasan biologis kita semakin bisa diatasi oleh kemajuan teknologi, mulai muncul pemahaman baru dan pertanyaan-pertanyaan mendasar tentang eksistensi manusia.

Lintasan evolusi teknologi bagi manusia bukanlah sejarah baru, sejarah awal manusia pernah mengalami lompatan peradaban luar biasa ketika ditemukannya ”teknologi” pertanian, penemuan ini yang kemudian mengakhiri era perburuan dan manusia menetap pada wilayah tertentu. Dan itu berlanjut terus dengan ditemukan berbagai teknologi lain dikemudian hari, misal penemuan mesin uap yang menandai revolusi industri 1.0 pada abad 17 hingga ditemukannya internet dan teknologi yang menjadi penanda revolusi industri 4.0 yang kita jalani hari-hari ini.

Namun masalahnya penemuan AI dan berbagai teknologi turunannya ini berbeda dengan penemuan teknologi sebelum-sebelumnya. Bila teknologi sebelumnya manusia memiliki kendali sepenuhnya, maka penemuan AI menjadi semacam terbukanya kotak pandora penemuan teknologi lain yang lebih ”liar” yang memungkinkan manusia kehilangan kendali atas teknologi tersebut.

Dalam buku “21 Lessons for the 21st Century”, Yuval Noah Harari menulis dampak dari kecerdasan buatan (AI) dalam berbagai aspek, salah satunya adalah dehumanisasi, kemajuan teknologi seperti kecerdasan buatan (AI), bioengineering, dan teknologi digital dapat mengarah pada hilangnya esensi kemanusiaan. Teknologi dapat menggantikan pekerjaan manusia, mengubah dinamika ekonomi, dan mempengaruhi struktur sosial.

Masa depan umat manusia di era digital adalah memiliki potensi yang sangat besar, bahan bakarnya adalah data dan teknologi. Masa depan umat manusia akan tetap cerah dan  cemerlang jika kita menyikapinya dengan pandangan jauh ke depan, tanggung jawab, dan komitmen terhadap kebaikan bersama. Suatu saat etika dan moral akan menjadi modal paling berharga umat manusia ketika ukuran baik dan buruk tidak lagi ditentukan oleh manusia. Saat ini kita berada di persimpangan sejarah, keputusan yang kita ambil saat ini akan bergema sepanjang masa, akan membentuk warisan spesies kita.

Leave a comment